Jelajah Malang

Seru-seruan jelajahi Malang dengan berjalan kaki

Jelajah Kampoeng Arab Malang, Belajar Sejarah Peradaban dan Mencicipi Kuliner Khas Timur Tengah

Jelajah Malang kali ini membawa kami menjelajahi Kampoeng Arab yang ada di Kota Malang. Kawasan pemukiman keturunan Arab di Kota Malang memang terkenal dengan Embong Arab yang menjadi pusat perdagangan para warga keturunan Arab di Malang, tetapi ternyata tidak hanya di sana saja yang menjadi daya tarik, Kampoeng Arab pun juga menjadi saksi bisu sejarah dan peradaban warga keturunan Arab di Malang. 

Berkumpul di Alun-alun Kota Malang, kami mulai berjalan menuju depan Masjid Jami’ Malang yang berada di Jalan Merdeka Barat. Perjalanan dilanjutkan dengan memasuki kawasan perkampungan di Kauman. Menyusuri jalan perkampungan yang memiliki beberapa bangunan unik dan warga setempat yang ramah menunjukkan bahwa kampung ini merupakan kampung yang guyub.

Tak terasa kaki ini membawa kami sampai pada jalan besar lalu menuju Jalan Kauman Ledok, Gang Mebelan. Jalan masuk Gang Mebelan ini cukup unik karena kalian akan langsung merasakan jalanan yang menurun tajam. Keluar pun juga disuguhi dengan jalan yang harus dilewati dengan anak tangga. Beberapa penjual jajanan pasar juga banyak terlihat pada gang ini. Aroma kopi yang wangi, gorengan, dan ketan bubuk merebak di sepanjang perjalanan kami menimbulkan bau khas perkampungan itu.

Lanjut ke Jalan Ade Irma Suryani Gang 3, Tongan, gang ini juga merupakan jalan khusus pejalan kaki karena memang sudah bertuliskan bahwa kendaraan bermotor harus mematikan mesin pada awal masuk gang. Lima menit berjalan kaki menyusuri Kawasan Tongan, sampailah kami di Jalan Sutan Syahrir yang di antara rumah-rumah itu ada seorang penjual barang antik, Pak Supa’i namanya. Dari rumah Pak Supa’i, lanjut jalan menuruni anak tangga dan melewati jembatan kecil yang menghubungkan Jalan Sutan Syahrir dengan Jalan Syarif Al-Qoddri Gang 4, keluar gang lalu menyeberang ke Jalan Syarif Al-Qoddri Gang 2. 

Gapura gang terlihat berbentuk kubah masjid yang berwarna putih berukir ornamen ala Timur Tengah berwarna krem muda. Kawasan Kampoeng Arab inilah yang kami masuki. Tembok ukir membentuk gambar pemandangan alam dengan pahatan burung kakak tua di tengahnya yang dicat sedemikian rupa hingga mirip aslinya terlihat di sepanjang jalan masuk gan ini. Di sebelah kanannya, nampak bangunan rumah berfasad gapura khas China mencolok mata dengan warna kuning segar dan merah menyala. Rupanya bangunan ini adalah peninggalan warga Tionghoa dan kini bagunan ini menjadi milik warga keturunan Arab di sini.

Menurut sejarahnya, warga Kampoeng Arab adalah warga keturunan pendatang dari Hadramaut Yaman yang dulunya berdagang, menikahi warga lokal lalu bermukim di sini. Hal itu juga dikonfirmasi benar adanya oleh Pak Tadjuddin, warga lokal Kampoeng Arab yang kakek buyutnya juga berasal dari Hadramaut Yaman.

Hal yang menarik selama perjalanan kali ini adalah walaupun dari luar Kampoeng Arab terlihat seperti gang-gang kecil pada umumnya, ternyata di dalamnya menyimpan sejarah peradaban yang luar biasa. Banyak juga di dalam sana TPQ dan Madrasah-madrasah dan Musholla yang menjadikan kampung ini kental dengan nuansa islami.

Di tengah perjalanan kami juga melihat terdapat gardu listrik berdinding tebal yang terlihat seperti bunker. Gardu listrik ini dibangun pada masa kolonial Belanda yang berfungsi untuk mengatur dan membagi daya listrik tertentu ke rumah-rumah yang ada di kawasan tersebut. Sebelum keluar Kampoeng Arab, ada sebuah Mushola yang sudah ada sejak zaman Kolonial Belanda. Fasadnya sudah berubah, tapi bangunan menaranya masih tetap sama dan kokoh sampai sekarang. Lalu menuju kawasan Jagalan dan menyusuri rel Malang Stoomtram, perusahaan kereta api uap yang dulu beroperasi di Malang Raya.

Setelah menjelajahi Kauman, Tongan, Jagalan, dan Kampoeng Arab kini saatnya memanjakan lidah dengan kudapan khas Timur Tengah. Kami mengunjungi Rumah Makan Cairo yang terkenal dengan makanan khas Timur Tengahnya. Rumah Makan Cairo terletak di Jalan Kapten Piere Tendean No. 1, Kasin, Kota Malang. Kami disuguhi dengan kudapan khas Timur Tengah yaitu roti maryam dan samosa. Roti maryam di sini memiliki tekstur lembut di dalam dan garing di bagian luar. Perjalanan pagi ini semakin lengkap dengan dihadirkannya jus kurma dari Raja Kurma yang terletak di Jalan Yulius Usman No. 6, Kasin, Kota Malang. 

Perjalanan ditutup dengan perut kenyang, hati pun senang. Benar-benar pengalaman baru yang mengajak kita untuk belajar sejarah peradaban yang berada di sekitar Kampoeng Arab. Next boleh yuk gabung juga, buat kalian yang ingin ikut event seru dari Jelajah Malang yang anti mainstream. See you!

 


Ditulis oleh : Elva Noverina

Tidak ada komentar:

Our Teams

Follow Us

Our Review